Wednesday, November 23, 2016
Download Game Dota 2 Offline Gratis
Download Game Dota 2 Offline Gratis
PEMBAHASAN
Analisis Majas dan Pencitraan dalam Kumpulan Puisi-Puisi Balsem Karya KH. Ahmad Mustofa Bisri
Analisis Majas dan Pencitraan dalam Kumpulan Puisi-Puisi Balsem Karya KH. Ahmad Mustofa Bisri
A. Analsis Majas
Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis. Majas adalah bahasa kias untuk mengungkapkan gagasan yang menimbulkan keindahan. Sebagai bahasa kias penggunaan majas akan menimbulka nilai rasa tertentu yang dapat mempengaruhi perasaan pendengar atau pembaca. Majas berhubungan erat dengan kosa kata dan makna kata. Karena itu semakin kaya kosa kata seseorang, makin beraneka ragam pula majas yang dipergunakannya. Majas yang dijumpai dalam kumpulan puisi-puisi Balsem karya Mustofa Bisri adalah metafora, personifikasi, hiperbola.
1. Metafora
Majas metafora adalah jenis majas perbandingan yang memperbandingkan suatu benda dengan benda lain yang memiliki sifat sama, atau disebut juga perbandingan langsung. Penggunaan majas metafora dalam kumpulan puisi-puisi Balsem karya A. Mustofa Bisri adalah sebagai berikut :
Aku Masih Sangat Hafal Nyanyian Itu
Aku merindukan rasa haru dan iba
Di tengah kobaran kebencian dan dendam
Serta maraknya rasa tega
Metafora adalah perbandingan dua hal secara langsung dalam bentuk yang singkat dan padat. Sebagai perbandingan langsung metafora tidak menggunakan kata-kata bak, bagaikan, laksana, seperti, dan sebagainya. Dari kutipan di atas terlihat bahwa penulis membandingkan dua perasaan yang sama-sama dalam suasana kesedihan yaitu perasaan haru dan iba. Perasaan haru akan sikap yang peduli terhadap nasionalisme kebangsaan, kecintaan tanah air yang mendalam dan kesedihan karena perubahan zaman yang merubah tanah air menjadi bangsa yang tidak bisa diharapkan lagi. Sikap iba adalah sikap berbelas kasihan, terharu dan kasihan.
DARI TITIK
Entah mengapa, mendengar berpulangnya mbah Surip, saya jadi teringat mbah Djito. Lalu kucari arsip sajakku Dari Titik dan ketemu. Ini:
Pada penggalan puisi itu Gus Mus membandingkan dua orang yang memiliki sebuah karakter yang sama. Mbah Surip memang memiliki kepribadian yang menyenangkan dan suka membuat orang tertawa. Namun disisi lain Mbah Surip merupakan kepribadian yang penyemangat dan rela berkorban, hal ini lah yang membuat Gus Mus menyamakannya dengan sosok mbah Djito.
Wahsyah
Mawar merah yang kupujapuja
Kini tinggal duri dan warnanya
Burung yang kudengar merdu
Kicauannya seperti mengejekku
Di sini penyaiar membandingkan orang yang menjadi panutan (pemimpin) dengan mawar merah dan burung. Pembandingan seperti ini disebut majas metafora. Lewat majas ini penyair menggambarkan semula pembaca mengagumi sesuatu yang dibanggakan dan dijadikan panutan dalam segala hal, dalam hal ini adalah pejabat pemerintahan yang seharusnya menjadi teladan bagi mayarakatnya mengayomi, melindungi dan melayani masyarakat malah minta dilayani.
2. Hiperbola
Hiperbola adalah majas yang mengandung pernyataan berlebih lebihan. Majas hiperbola dalam kumpulan puisi-puisi Balsem karya mustofa Bisri adalah sebagai berikut :
AlIsyq
Semua saksi
Tak mencatat kencan-kencan kita
Juga tanda-tanda sayang
Yang kutebar di sekujur dirimu
Sirna entah ke mana.
Pada kutipan itu terdapat kalimat Yang kutebar di sekujur dirimu kalimat tersebut terkesan melebih-lebihkan sikap pemberian kasih saying kepada seseorang. Kata tebar atau menebar adalah kegiatan yang merupakan pemberian sesuatu dalam jumlah banyak, seperti menebar benih padi. Penulis menggunakan kalimat terseubut untuk menggambarkan betapa banyaknya kasih sayang yang telah diberikannya. Kata kutebar jelas merupakan pengambaran sesuatu yang berlebih-lebihan.
Hal ini seperti pendapat Keraf (2000: 135) hiperbola merupakan semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan dengan membesarbesarkan suatu hal. Hal senada juga diungkapkan Sabarti Akhadiah dkk (1992: 61) menerangkan hiperbola adalah majas yang mengandung pernyataan yang melebih-lebihkan, baik sifat maupun ukurannya. Hiperbola memberikan suatu pernyataan yang dapat memberikan semangat pembacanya.
3. Personifikasi
Personifikasi adalah jenis majas perbandingkan benda mati dengan benda hidup yang dapat bergerak sendiri. Dalam kumpulan puisi Aku Manusia terdapat empat judul puisi yang menggunakan majas personifikasi.. Majas personifikasi yang terdapat dalam kumpulan puisi-puisi Balsem karya Mustofa Bisri adalah sebagai berikut :
BILA KUTITIPKAN
Bila kutitipkan dukaku pada langit
Pastilah langit memanggil mendung
Bila kutitipkan resahku pada angina
Pastilah angin menyeru badai
Bila kutitipkan geramku pada laut
Pastilah laut menggiring gelombang
Bila kutitipkan dendamku pada gunung
Pastilah gunung meluapkan api. Tapi
Kan kusimpan sendiri mendung dukaku.
Dalam kutipan puisi di atas terdapat 3 kalimat yang merupakan majas personifikasi. Yang pertama adalah langit memanggil mendung, meanggil merupakan kegiatan yang hanya bisa dilakukan oleh makhluk hidup, namun di sini Gus Mus mengibaratkan langit yang mendung dan bisa mencurahkan hujan seolah-olah adalah langit yang memanggil mendung. Yang kedua adalah angin menyeru badai sama halnya dengan memanggil, menyeru adalah kegiatan yang hanya bisa dilakukan oleh manusia, yaitu memanggil atau menarik perhatian dengan suara yang nyaring. Yang ketiga adalah laut menggiring gelombang kata menggiring merupakan kata yang tidak ladzim digunakan untuk laut yang menggiring ombak, karena kegiatan menggiring menghalau sesuatu untuk menempatkan ke sesuatu tempat. Ini digamarkan seperti laut yang menggiring ombak.
B. Analisis Pencitraan
Citraan Puisi adalah gambaran angan yang muncul dibenak kita ketika kita membaca puisi. Citraan dalam puisi akan memberi efek kepada pembaca. Pembaca seolah-olah kita dapat melihat, dapat merasakan, dan dapat mendengar apa yang dilihat, dirasakan, dan didengar penulis. Citraan dalam kumpulan puisi-puisi Balsem karya A. Mustofa Bisri adalah sebagai berikut :
1. Citraan Penglihatan
Citraan penglihatan memberi efek kepada pembaca, pembaca seolaholah melihat objek yang ada dalam puisi. Angan pembaca dibawa seolah-olah melihat objek tersebut. Citraan penglihatan yang ada dalam kumpulan puisi-puisi Balsem karya Mustofa Bisri adalah sebagai berikut.
Agama
adalah kereta kencana
yang disediakan Tuhan
untuk kendaraan kalian
berangkat menuju hadiratNya
Jangan terpukau keindahannya saja
Apalagi sampai
Kalimat terpukau keindahannya adalah pencitraan pengelihatan dengan maksud seolah-olah penulis menunjukkan bahwa ada sesuatu yang mempesona sehingga menarik perhatian dan membuat kesan merasa senang karena melihatnya.
Sepanjang jalan kulihat wajah-wajah yang kalah
Menatap mataku yang tak berdaya
Sementara tangan-tangan perkasa
Terus mempermainkan kelemahan
Kalimat Menatap mataku menjelaskan bahwa ada kegiatan mata yaitu memandang dengan seksama atau dengan tajam untuk mencari sesuatu.
dari titik ia mulai ke titik ia berhenti
dari titik ia hidup ke titik ia mati
(titik cahaya yang memancarkan pendar-pendar
Cahaya lalu kembali ke sumber cahaya
sang mahacahaya alangkah bahagia!)
Dalam puisi tersebut kita jumpai kata cahaya berkilau dengan kata tersebut penyair membawa kita seolah-olah berhadapan langsung dengan cahaya mentari yang berkilau. Dengan menggunakan kata-kata tersebut penyair membawa kita seolah-olah berhadapan langsung dan melihat langsung dengan cahaya mentari. Angan kita dibawa untuk melihat apa yang dikemukakan oleh penyair. Di hadapan kita seolah terpapar cahaya matahari yang berkilau dengan menggunakan indra penglihat.
2. Citraan Pendengaran
Citraan pendengaran adalah penciptaan ungkapan oleh penyair, sehingga pembaca seolah-olah mendengarkan suara seperti digambarkan oleh penyair. Penggunaan citraan pendengaran yang terdapat dalam kumpulan puisi-puisi Balsem karya Mustofa Bisri adalah sebagai berikut.
Dari rongga itu
Bisa kauperdengarkan merdu burung berkicau
Bisa kauperdengarkan suara bebek meracau
Dalam kutipan puisi di atas terdapat dua kalimat yang merupakan pencitraan pendengaran, kalimat pertama yaitu kauperdengarkan merdu burung penulis ingin mengajak kita seolah-olah sedang dalam mendengarkan kicau burung dengan suara yang sangat merdu, kicauan merdu ini dibandingkan dengan kalimat selanjutnya kauperdengarkan suara bebek bebek memiliki suara yang tidak merdu seperti kicauan burung, suara bebek juga tidak bervariasi seperti burung. Suara bebek itu terdengar seperti suara bebek biasa, namun sedikit lebih lembut dari yang ia harapkan.
ORANG KECIL ORANG BESAR
Ya, lanjut ayahnya
Orang kecil sangat kecil bagiannya
Anak kecil masih mendingan
Rengeknya didengarkan
Suaranya diperhitungkan
Orang kecil tak boleh memperdengarkan rengekan
Suaranya tak suara.
Pada kutipan puisi diatas terdapat kata memperdengarkan rengekan Suaranya tak suara yang merupakan pencitraan pendengaran dengan maksud menggabarkan bahwa orang miskin digambarkan dengan orang kecil dan orang kaya digambarkan dengan orang besar. Sehingga, besar kemungkinan, puisi ini akan dimaknai sebagai suatu dorongan untuk seseorang menjadi kaya. Namun, menurut saya, kita harus memaknai dengan jeli, makna metafora yang sesungguhnya.
Jika dibaca dan direnungkan dengan lebih dalam lagi sebenarnya puisi ini ingin menggambarkan dorongan. Saya memaknainya sebegai dorongan untuk terus bergerak. Jangan tinggal dan jangan mau bertahan menjadi orang kecil. Orang Besar menurut saya tidak selalu harus menjadi orang kaya, tapi memang kita tidak bisa menafikan, kebanyakan orang besar memang mengarah pada orang kaya. Tapi tidak juga. Bisa jadi orang besar disimbolkan untuk menjelaskan orang yang memiliki pemikiran besar. Orang-orang yang mau bangkit dari keterpurukan. Semoga puisi ini cukup mampu menjadi sentilan atau bahkan cambukan pada saya untuk mau bangkit. Untuk setiap resolusi akhir tahun yang belum sepenuhnya bisa direalisasikan, 2014 adalah harinya untuk begerak. Menjadi besar, menjadi pemikir besar.
NASIHAT RAMADLAN BUAT A. MUSTOFA BISRI
Puasakan telingamu
untuk menangkap Merdu
Puasakan rambutmu
untuk menyerap Belai
Pada kalimat Puasakan telingamu untuk menangkap Merdu ingin menunjukan suatu proses dalam proses hidup muhasabah (kecintaan) atau dalam konsep psikologinya sebagai kontrol diri untuk menuju kehidupan yang selalu dinamis. Memuaskan telinga (pendengaran) dengan sesuatu yang positif dan bermanfaat yaitu di isyaratan dengan ungkapan Merdu yg berarti sesuatu yang indah/enak untuk didengar.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Majas yang banyak digunakan dalam kumpulan puisi-puisi Balsem karya A. Mustofa Bisri meliputi metafora, personifikasi, hiperbola, dan ironi. Majas dalam sebuah puisi berfungsi untuk mengatakan apa yang dimaksud oleh penyair. Majas dalam puisi dapat menciptakan efek lebih kaya, efektif, dan lebih sugestif dalam puisi sehingga puisi terasa hidup dalam bayangan pembaca.
Citraan yang digunakan dalam kumpulan puisi-puisi Balsem karya A. Mustofa Bisri meliputi citraan penglihatan, dan cirtaan pendengaran. Citraan yang banyak dipakai dalam kumpulan puisi Aku Manusia adalah citraan penglihatan. Citraan dalam sebuah puisi berfungsi untuk menciptakan suasana seperti apa yang dialami oleh penyair. Pembaca ketika membaca puisi yang mengandung citraan penglihatan seolah-olah pembaca melihat sesuatu seperti apa yang dilihat oleh penyair. Begitu pula dengan citraan penglihatan, pembaca akan mendengar sesuatu seperti halnya apa yang didengar oleh penyair.
B. Saran
Penelitian ini merupakan penelitian karya sastra yang menggunakan pendekatan stilistika dalam menganalis data. Guru bahasa Indonesia dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai reverevsi dalam pembelajaran sastra khususnya puisi yang berkait dengan majas, citraan. Selain itu dalam kumpulnan puisi-puisi Balsem karya A. Mustofa Bisri kaya akan nilai-nilai religi sehingga sangat tepat untuk pengajaran karakter.
Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai reverensi diri untuk memperkaya nilai-nilai relegi dalam kehidupan pribadinya. Bagi penelitian lain, hasil penelitian ini sangat terbatas cakupanya yaitu hanya dibahas dari segi kajian stilistika yang mencakup majas, citraan.
Available link for download